Menginvestasikan sejumlah dana untuk bidang TI pada lingkungan bisnis tidak sama dengan di lingkungan Pemerintahan dalam hal target-target yang ingin dicapai setelah TI itu diaplikasikan. Demikian pula cara-cara pengukuran keberhasilan investasi tersebut. Lebih mudah dan terukur apabila investasi TI tersebut di lingkungan bisnis/perusahaan-perusahaan. Hal ini dikarenakan parameter-parameter target berupa satuan-satuan kuantitatif dan dapat dikonversikan ke dalam nilai uang. Sehingga tercapai atau tidaknya target investasi TI tersebut dapat diketahui dan dievaluasi.
Bagi lingkungan bisnis, menginvestasikan sejumlah uang untuk pererapan TI jelas mempunyai target tertentu, misalnya agar pelayanan meningkat, omzet perusahaan meningkat dan perusahaan berkembang pesat. Omzet perusahaan yang meningkat sekian persen, dapat dihitung berapa rupiah laba per tahunnya yang akan diperoleh dan dapat dibandingkan dengan besarnya investasi TI yang ditanam sebelumnya.
Sedangkan di lingkungan Pemerintahan, investasi TI bisa direncanakan dan dianggarkan. Tetapi target-target hasil yang diharapkan tidaklah mudah untuk dihitung menjadi Rupiah, sehingga sulit untuk mengukur keberhasilan investasi tersebut. Mengapa??? ..... Untuk menjawabnya, perlu tahu apa saja yang diinginkan pihak Government ketika mempunyai keinginan menginvestasikan sejumlah uang untuk membangun atau mengembangkan TI di lingkungannya.
Disisi lain masih banyak orang menginginkan bila menginvestasikan dana di bidang TI segera dirasakan manfaatnya. Memberi pengertian ini tidaklah mudah, sehingga apabila ada usulan membangun TI banyak pihak yang bertanya dan meminta kepastian hal ini terlebih dahulu.
Manfaat dari investasi dibidang TI dapat dikelompokkan menjadi dua :
(1) Terukur (Tangible), artinya dapat dihitung manfaat dari menginvestasi di bidang TI, sehingga Organisasi/Perusahaan dapat menghitung dengan berbagai rasio-rasio yang diinginkan karena variabel-variabel hitungannya jelas. Atau berapa tahun Investasi akan kembali (Pay Back Period / Rate of Return).
(2) Tidak terukur (Intangible), artinya tidak dapat dihitung secara pasti manfaat dari menginvestasi di bidang TI, karena bersifat kualitatif. Misal rasa puas pelanggan/masyarakat atas keberadaan sistem baru yang berbasis TI ini. Sehingga bila akan dibandingkan dengan besarnya dana yang ditanamkan, tidak dapat menghitungnya. Namun masyarakat/publik merasakan sekali manfaatnya yang positif. Hal ini pada umumnya terjadi pada Organisasi Pemerintahan (Pemerintah Daerah maupun Pusat).
Terukur dan tidak terukur ini dapat pula diartikan sebagai yang mempunyai Nilai Ekonomi dan Nilai Sosial. Pengukuran keberhasilan investasi dalam penerapan TI di Indonesia ini dapat dilihat pada grafik perkembangan perusahaan-perusahaan di Indonesia seperti pada Perusahaan Unilever, Telkom, Sampoerna dan UT pada grarik The Triumph of Intangible Assets berikut ini :
Pada Organisasi Pemerintahan, manfaat dari menginvestasi TI hanya beberapa saja yang dapat dihitung (tangible), sehingga mudah diperoleh variabelnya. Sedangkan lainnya banyak yang tidak dapat dihitung/diukur (Intangible) dan belum ada cara bagaimana menarik dari sesuatu yang Intangible menjadi Tangible. Kalaupun ada, mungkin sangat berliku-liku caranya.
Hal yang paling penting dalam penerapan dan penggunaan TI di Indonesia adalah TI mendukung tujuan dari penyelenggaraan pemerintahan. Secanggih apapun teknologi yang diimplementasikan jika ternyata tidak mendukung tujuan dari penyelenggaraan pemerintahan maka akan sia-sia. Sebaliknya, jika ternyata teknologi yang cenderung ”tertinggal” tetapi ternyata mampu mendukung tujuan dari penyelenggaraan pemerintahan maka pemerintahan tersebut dikatakan berhasil dalam implementasi TI Jika pihak pemerintahan hanya memandang dari sisi teknologi saja, maka tidak akan dapat terkejar untuk mencapai teknologi yang terkini.