Welcome to TM'z BLog

...................................................................................................................................................................

Friday, June 04, 2010

Syarat dan Kriteria Seorang Wirausahawan dalam Bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi

Seorang wirausahawan adalah orang-orang yang memiliki kemampuan melihat dan menilai kesempatan-kesempatan bisnis, mengumpulkan sumber daya-sumber daya yang dibutuhkan untuk mengambil tindakan yang tepat, mengambil keuntungan serta memiliki sifat, watak dan kemauan untuk mewujudkan gagasan inovatif ke dalam dunia nyata secara kreatif dalam rangka meraih sukses atau meningkatkan pendapatan.
Seorang wirausahawan yang bergerak dibidang teknologi informasi dan komunikasi (TIK), yaitu seorang wirausahawan yang merupakan orang-orang yang memiliki kemampuan untuk memanfaatkan kesempatan bisnis dalam bidang teknologi informasi dan komunikasi dengan sebaik-baiknya untuk meraih kesuksesan.

Seorang wirausahawan TIK ini tentunya adalah orang mempunyai tekad dan kemauan untuk mengembangkan dirinya sesuai dengan perkembangan dan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi agar tetap eksis di dunia usaha dan dapat menjadi perseorangan yang kreatif, inovatif dan kompetitif.

Oleh karena itu, untuk menjadi seorang wirausahawan yang bergerak dibidang teknologi informasi dan komunikasi (TIK), dibutuhkan syarat dan kriteria sebagai berikut :
•) Memiliki keterampilan akademis, pengetahuan yang riil, dan pendidikan tinggi yang menjadi solusi SDM dalam penguasaan TIK.
•) Memiliki kemampuan dasar dalam bisnis TIK
•) Memahami infrastruktur teknologi bisnis dunia TIK.
•) Mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi.
•) Memiliki jiwa kepemimpinan yang kuat untuk tetap optimis dan eksis dalam dunia bisnis.
•) Mampu bersaing secara kompetitif dalam menghadapi persaingan bisnis TIK.
•) Mampu mengahasilkan ide-ide kreatif untuk menciptakan terobosan-terobosan baru dalam dunia bisnis TIK.
•) Memiliki inovasi dan kreativitas tinggi, fleksibel, serba bisa dan memiliki jaringan bisnis yang luas.
•) Memiliki nilai kultur yang mendukung inovasi.
•) Memiliki persepsi dan cara pandang/pola pikir yang berorientasi pada masa depan.
•) Memiliki komimten yang tinggi, jelas, terarah dan bersifat progressif (berorientasi pada kemajuan), dengan mengidentifikasi cita-cita, harapan dan target-target bisnis yang akan direncanakan.

Semua syarat dan kriteria tersebut harus dapat dimiliki dan dikuasai oleh seorang wirausahawan TIK yang ingin menjalankan bisnisnya. Persaingan yang keras dalam dunia bisnis tentunya sangat membutuhkan suatu perusahaan dengan peran aktif dari seorang pengusaha yang dapat menangani semua hal dalam berbagai situasi yang menantang. Jadi pada dasarnya, keberhasilan berbisnis seseorang dalam bidang teknologi informasi dan komunikasi itu disebabkan oleh kemampuan dari diri seorang pengusaha/wirausahawan itu sendiri dalam mengaplikasikan ilmu pengetahuan serta keterampilan yang dimilikinya seiring dengan perkembangan dunia bisnis.

Masalah Komunikasi Bisnis dalam Teknologi Informasi dan Komunikasi

Dalam praktek komunikasi bisnis diperlukan sarana yang dapat menunjang proses komunikasi tersebut. Seiring dengan perkembangan teknologi dan sistem informasi, komunikasi berkembang menjadi suatu bisnis tersendiri. Perkembangan sistem informasi dan teknologi mempercepat proses globalisasi, sehingga proses komunikasi terjadi setiap saat tanpa berhenti dan berlangsung pada saat yang hampir bersamaan di seluruh belahan dunia. Informasi dengan mudah dan cepat menyebar, bahkan nyaris tanpa penghalang apapun. Perkembangan teknologi yang semakin pesat, memungkinkan orang untuk berkomunikasi melalui berbagai macam media.

Kesediaan prasarana dan sarana informasi serta tingkat pemilihan akses dan aset terhadap penggunaan informasi merupakan prasyarat untuk dapat memanfaatkan dan memberikan nilai (volume) terhadap sesuatu informasi. Tanpa adanya dukungan infrastruktur sarana dan prasarana dalam komunikasi bisnis, teknologi informasi dan komunikasi tentunya tidak akan berjalan dengan lancar. Selain itu tanpa adanya peranan teknologi informasi dan komunikasi, praktek komunikasi bisnis akan menjadi ketinggalan zaman, informasi yang didapat akan jauh tertinggal, dan akan membawa dampak perkembangan bisnis akan menjadi lambat.

Masalah yang bisa saja muncul dalam praktek komunikasi bisnis dengan peranan teknologi informasi dan komunikasi, diantaranya :

•) Masalah Infrastruktur. Sarana dan prasarana teknologi informasi dan komunikasi yang terbilang membutuhkan biaya yang tidak sedikit, sehingga bagi pelaku bisnis yang tidak memiliki banyak modal mengakibatkan kurangnya pembangunan infrastruktur pendukung komunikasi bisnis.

•) Masalah Kemampuan Menggunakan Teknologi Informasi dan Komunikasi. Walaupun fasilitas komunikasi bisnis telah memadai, kendala yang bisa saja muncul adalah kemampuan sumber daya manusia dalam memanfaatkan fasilitas tersebut. Mungkin masih ada beberapa pelaku bisnis yang belum mampu menggunakan alat komunikasi dalam bisnisnya, sehingga walaupun peralatan yang digunakan adalah peralatan dengan teknologi canggih sekalipun, jika manusianya tidak dapat mengoperasikan/menggunakan peralatan tersebut maka akan menjadi percuma.

•) Masalah Kemampuan Individu dalam Berkomunikasi. Masalah ini merupakan hal yang paling mendasar dalam praktek komunikasi bisnis baik dengan peran teknologi informasi dan komunikasi. Apabila seseorang memiliki kemampuan komunikasi yang kurang baik, maka secara otomatis praktek komunikasi bisnisnya akan mengalami kendala, walaupun telah didukung oleh peranan fasilitas teknologi informasi dan komunikasi yang memadai sekalipun. Cara orang tersebut menyampaikan pesan kepada pihak lain itulah yang menjadi hal yang paling penting untuk diperhatikan dalam berkomunikasi.

Wednesday, June 02, 2010

Komunikasi yang Efektif dalam Organisasi Bisnis

Komunikasi bisnis yang efektif diperlukan oleh semua organisasi bisnis dalam upaya mencapai tujuannya. Organisasi bisnis yang produktif ditunjang oleh penguasaan komunikasi bisnis para anggota organisasinya, baik penguasaan komunikasi verbal (lisan dan tulisan), maupun komunikasi non-verbal. Fakta empiris dalam dunia organisasi menunjukkan bahwa sebagain besar anggota organisasi melakukan pekerjaannya dengan melakukan komunikasi.

Dalam kehidupan organisasi bisnis, keberadaan tim kerja semakin populer. Banyak perusahaan dari berbagai industri menerapkan konsep tim kerja dalam melakukan aktifitasnya. Pemakaian tim kerja diyakini banyak pimpinan perusahaan akan lebih efektif, dibandingkan penyelesaian aktifitas secara individual. Pemakaian tim kerja diharapkan dapat menciptakan sinergi yang positif. Penjumlahan aggota dalam tim akan memungkinkan menghasilkan output yang lebih besar dibandingkan output total yang dikerjakan oleh masing-masing individu. Tidak peduli seberapa berbakatnya seseorang, betapapun unggulnya sebuah tim atau seberapapun kuatnya kasus hukum, keberhasilan itu tidak akan diperoleh tanpa penguasaan keterampilan komunikasi yang efektif.

Keterampilan melakukan komunikasi yang efektif ini akan berperan besar dalam mendukung pencapaian tujuan dari seluruh aktivitas. Untuk dapat melakukan komunikasi yang efektif, maka kemampuan untuk mengirimkan pesan atau informasi yang baik, kemampuan untuk menjadi pendengar yang baik, serta keterampilan menggunakan berbagai media atau alat audio visual merupakan bagian yang sangat penting dalam organisasi bisnis.

Dalam menjalankan praktek bisnisnya, individu yang melakukan praktek bisnis tersebut akan berkomunikasi dengan orang lain dan semua pihak yang berkaitan dengan bisnisnya. Komunikasi itu dapat terjadi antara atasan dengan bawahan, komunikasi dengan konsumen, dan komunikasi dengan pihak ketiga (seperti pemasok, distributor, pemerintah, pihak lain). Untuk melakukan praktek bisnis ini, maka para pelaku bisnis harus memiliki kemampuan dalam berkomunikasi agar komunikasi yang efektif dapat terwujud dalam lingkungan organisasi bisnis.

Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Dunia Bisnis

Saat ini kehidupan manusia mulai bergeser ke kehidupan komputasi persasif, suatu kehidupan yang meletakkan teknologi informasi sebagai bagian dari kehidupan manusia kapan dan dimana saja. Hal ini dapat dilihat dari prilaku manusia yang sudah mulai terbiasa dengan komputer, sudah mulai terbiasa dengan internet, dan sudah mulai merasakan bahwa sekumpulan kebutuhannya dapat dibantu oleh teknologi informasi.

Persaingan yang keras dalam dunia bisnis tentunya sangat membutuhkan adanya komunikasi yang baik pada suatu perusahaan yang sangat berperan dalam menghadapi berbagai situasi bisnis. Semua bisnis tentunya juga membutuhkan semua informasi yang sangat aktual, cepat dan dapat dipercaya, dimana semua permasalahan bisnis dapat diselesaikan melalui teknologi informasi dan komunikasi.

Pergerakan bisnis yang semakin cepat menuntut komunikasi (suara, data dan informasi) yang lebih lebih cepat guna mempertahankan pelanggan, pemasok, dan bahkan dalam menghadapi persaingan bisnis yang semakin ketat.

Bagi dunia bisnis, jejaring telekomunikasi awalnya digunakan seperti halnya jejaring listrik, distribusi air, dan jejaring utilitas lain. Perusahaan-perusahaan memiliki pilihan yang terbatas atas layanan yang diperoleh dari penyediaan layanan yang dikelola secara monopoli. Tapi hari ini, para pengguna korporat meletakkan bersama keseluruhan jejaring di bawah kontrol mereka, memotong-pintas jejaring publik sebagian atau sepenuhnya. Deregulation dan teknologi digital baru telah mengizinkan perusahaan untuk secara sadar merancang dan mengoperasikan jejaring telekomunikasi internal dan privat untuk meningkatkan posisi kompetitif mereka. Dengan memanfaatkan TIK, sesuatu yang dulunya merupakan biaya untuk menjalankan bisnis, sekarang telah menjadi sumber keuntungan kompetitif.

Layanan TIK sekarang digunakan oleh semua sektor ekonomik, mulai dari pertambangan dan pertanian sampai layanan finansial, manufaktur dan kepariwisataan. Jejaring privat ini hadir di semua industri global, di mana perusahaan multinasional menjadi perusahaan jejaring. Para pengguna bisnis berskala besar memiliki kebutuhan akan sistem yang cost-effective, leluasa, aman, automated, terpadu dan terandalkan. Jika para penyedia layanan lokal tidak dapat memenuhi kebutuhan ini, dengan biaya yang masuk akal, perusahaan-perusahaan besar memiliki pilihan untuk mengembangkan sendiri jejaring privat. Bahkan perusahaan multinasional telah dapat mengkoordinasikan produksi dan marketing dengan sistem komunikasi berbasis satelit dengan kapabilitas video-conferencing, untuk tujuan mengkoordinasikan pengembangan produk dan disain manufaktur.

Di sisi lain meningkatnya permintaan dari sektor bisnis akan sarana untuk mengontrol informasi, khususnya yang terkait dengan kegiatan produksi dan distribusi, maka menjadi pemacu utama bagi perusahaan-perusahaan global untuk melakukan pengembangan aplikasi dalam memanfaatkan TIK. Oleh karena itu, perusahaan-perusahaan global ini merupakan pihak-pihak yang pertama yang mengadopsi TIK baru. Sektor-sektor bisnis yang sangat bergantung pada TIK ini mencakup antara lain perusahaan-perusahaan layanan finansial.

Pada ruang lingkup yang lebih luas, kehadiran TIK dalam lingkungan bisnis mulai disadari dapat menghadirkan berbagai solusi yang dapat membantu proses bisnis yang ada. Departemen TI pada sebuah perusahaan mulai dibangun dan secara konstan diminta untuk mengembangkan suatu layanan, mengembangkan suatu sistem, dan mengoptimalkan efesiensi bisnis berbasis teknologi informasi dan komunikasi.

Friday, May 28, 2010

Pengukuran Keberhasilan Investasi dalam Penerapan TI di Indonesia

Menginvestasikan sejumlah dana untuk bidang TI pada lingkungan bisnis tidak sama dengan di lingkungan Pemerintahan dalam hal target-target yang ingin dicapai setelah TI itu diaplikasikan. Demikian pula cara-cara pengukuran keberhasilan investasi tersebut. Lebih mudah dan terukur apabila investasi TI tersebut di lingkungan bisnis/perusahaan-perusahaan. Hal ini dikarenakan parameter-parameter target berupa satuan-satuan kuantitatif dan dapat dikonversikan ke dalam nilai uang. Sehingga tercapai atau tidaknya target investasi TI tersebut dapat diketahui dan dievaluasi.

Bagi lingkungan bisnis, menginvestasikan sejumlah uang untuk pererapan TI jelas mempunyai target tertentu, misalnya agar pelayanan meningkat, omzet perusahaan meningkat dan perusahaan berkembang pesat. Omzet perusahaan yang meningkat sekian persen, dapat dihitung berapa rupiah laba per tahunnya yang akan diperoleh dan dapat dibandingkan dengan besarnya investasi TI yang ditanam sebelumnya.

Sedangkan di lingkungan Pemerintahan, investasi TI bisa direncanakan dan dianggarkan. Tetapi target-target hasil yang diharapkan tidaklah mudah untuk dihitung menjadi Rupiah, sehingga sulit untuk mengukur keberhasilan investasi tersebut. Mengapa??? ..... Untuk menjawabnya, perlu tahu apa saja yang diinginkan pihak Government ketika mempunyai keinginan menginvestasikan sejumlah uang untuk membangun atau mengembangkan TI di lingkungannya.

Disisi lain masih banyak orang menginginkan bila menginvestasikan dana di bidang TI segera dirasakan manfaatnya. Memberi pengertian ini tidaklah mudah, sehingga apabila ada usulan membangun TI banyak pihak yang bertanya dan meminta kepastian hal ini terlebih dahulu.

Manfaat dari investasi dibidang TI dapat dikelompokkan menjadi dua :

(1) Terukur (Tangible), artinya dapat dihitung manfaat dari menginvestasi di bidang TI, sehingga Organisasi/Perusahaan dapat menghitung dengan berbagai rasio-rasio yang diinginkan karena variabel-variabel hitungannya jelas. Atau berapa tahun Investasi akan kembali (Pay Back Period / Rate of Return).

(2) Tidak terukur (Intangible), artinya tidak dapat dihitung secara pasti manfaat dari menginvestasi di bidang TI, karena bersifat kualitatif. Misal rasa puas pelanggan/masyarakat atas keberadaan sistem baru yang berbasis TI ini. Sehingga bila akan dibandingkan dengan besarnya dana yang ditanamkan, tidak dapat menghitungnya. Namun masyarakat/publik merasakan sekali manfaatnya yang positif. Hal ini pada umumnya terjadi pada Organisasi Pemerintahan (Pemerintah Daerah maupun Pusat).

Terukur dan tidak terukur ini dapat pula diartikan sebagai yang mempunyai Nilai Ekonomi dan Nilai Sosial. Pengukuran keberhasilan investasi dalam penerapan TI di Indonesia ini dapat dilihat pada grafik perkembangan perusahaan-perusahaan di Indonesia seperti pada Perusahaan Unilever, Telkom, Sampoerna dan UT pada grarik The Triumph of Intangible Assets berikut ini :


Pada Organisasi Pemerintahan, manfaat dari menginvestasi TI hanya beberapa saja yang dapat dihitung (tangible), sehingga mudah diperoleh variabelnya. Sedangkan lainnya banyak yang tidak dapat dihitung/diukur (Intangible) dan belum ada cara bagaimana menarik dari sesuatu yang Intangible menjadi Tangible. Kalaupun ada, mungkin sangat berliku-liku caranya.

Hal yang paling penting dalam penerapan dan penggunaan TI di Indonesia adalah TI mendukung tujuan dari penyelenggaraan pemerintahan. Secanggih apapun teknologi yang diimplementasikan jika ternyata tidak mendukung tujuan dari penyelenggaraan pemerintahan maka akan sia-sia. Sebaliknya, jika ternyata teknologi yang cenderung ”tertinggal” tetapi ternyata mampu mendukung tujuan dari penyelenggaraan pemerintahan maka pemerintahan tersebut dikatakan berhasil dalam implementasi TI Jika pihak pemerintahan hanya memandang dari sisi teknologi saja, maka tidak akan dapat terkejar untuk mencapai teknologi yang terkini.

Monday, May 24, 2010

Perkembangan Daya Saing Produktivitas Industri TI di Indonesia

Perkembangan dunia industri di Indonesia mengalami fluktuasi yang disebabkan resesi ekonomi dunia. Kondisi tersebut merupakan salah satu faktor pendorong yang menyebabkan para pelaku industri saling berlomba-lomba untuk meningkatkan kualitas industrinya agar tetap eksis di dunia usaha.

Apalagi saat ini kita mendengar bahwa Indonesia mendapatkan prestasi buruk dalam perkembangan industri teknologi informasi. Hasil penelitian yang dilakukan Economics Intelligent Unit (EIU) yang disponsori Business Software Alliance (BSA), menempatkan Indonesia diposisi 59 dari 66 negara di dunia, menurun satu peringkat dari hasil studi di tahun-tahun sebelumnya. Kali ini Indonesia mengalami penurunan peringkat dalam indeks daya saing industri TI.

Penurunan daya saing industri Indonesia bisa juga dikarenakan usaha yang dilakukan pemerintah kurang kuat dalam menentukan kebijakan industri. Jika diperhatikan dengan seksama, upaya peningkatan usaha perindustrian di Indonesia sudah cukup baik, namun berdasarkan hasil studi ternyata upaya Indonesia masih kalah cepat dan kuat dibanding upaya yang dilakukan negara lain. Kondisi ini dinilai cukup kritis sehingga perlu dukungan kuat di sektor teknologi industri. Oleh karena itu sangat penting bagi pemerintah untuk mendukung inovasi dan mengambil langkah untuk merangsang hasil sektor perindustrian Indonesia agar Indonesia bisa mengalami peningkatan kembali dalam daya saing industri TI di dunia.

Parameter untuk penilaian daya saing tersebut didasarkan pada beberapa faktor kunci seperti kesediaan sumber daya manusia yang terampil, kultur yang mendukung inovasi, infrastruktur teknologi kelas dunia, upaya perlindungan kekayaan intelektual, ekonomi yang stabil, kuat, dan kompetitif, serta kepemimpinan yang kuat untuk menyeimbangkan promosi teknologi industri dan kekuatan pasar.

Dalam rangka meningkatkan daya saing industri TI tersebut, pemerintah harus menentukan arah pengembangan dan kebijakan industri yang diperlukan pada tiap tahap perkembangan industri TI di Indonesia, agar Indonesia dapat meningkatkan kembali sektor industrinya.

Berikut ini merupakan bentuk-bentuk kebijakan dapat yang dilakukan pemerintah terhadap perkembangan industri :
•) Mentransformasikan komunitas menjadi pelaku industri.
•) Membentuk dan memperbesar pasar industri.
•) Meningkatkan legitimasi industri di mata pasar.
•) Mendorong peningkatan kompetensi teknis pelaku industri.
•) Mendorong peningkatan kompetensi bisnis pelaku industri.

Seperti yang kita ketahui, Pembangunan Nasional Indonesia memerlukan pemanfaatan yang maksimum dari teknologi informasi, dan salah satunya dalam sektor perindustrian. Hal ini diperlukan untuk meningkatkan produktivitas segenap sumber daya dan daya saing bangsa Indonesia di mata dunia. Indonesia harus memiliki industri teknologi informasi yang kuat yang dapat memberikan kontribusi maksimal bagi kemajuan bangsa dan negara. Dengan menghimpun berbagai asosiasi nasional dalam bidang TI, maka diharapkan upaya pengembangan industri dan peningkatan pemanfaatan teknologi informasi secara lebih luas dapat dilakukan dengan lebih terpadu dan tepat guna.

Perkembangan teknologi informasi bagi Indonesia dapat menjadi alat dukung utama dunia usaha untuk bisa bersaing dalam meningkatkan perindustrian. Indonesia dapat menetapkan kebijakan/regulasi pengembangan industri untuk menentukan strategi peningkatan produktivitas industri dan daya saing nasional dalam pemanfaatan teknologi informasi demi kesejahteraan bangsa. Para pelaku industri di Indonesia dapat mempersiapkan diri secara konkrit dalam menghadapi pasar bebas dengan menggalang potensi nasional dalam pasar domestic maupun global.

Untuk melakukan upaya tersebut, para pelaku industri di Indonesia ini perlu memikirkan terobosan baru yang memungkinkan sumber daya manusia mengetahui apa yang dibutuhkan industri TI, mulai dari sumber daya manusia yang memiliki keterampilan akademis, pengetahuan yang riil, dan pendidikan tinggi yang menjadi solusi SDM dalam penguasaan IPTEK sehingga bisa mempersiapkan tenaga yang handal untuk mengembangkan dan meningkatkan produktivitas industri ditengah kompetisi global.

Sunday, May 23, 2010

Pentingnya Karya Tulis Ilmiah dalam Lingkungan Akademik

Kedudukan karya tulis ilmiah di Perguruan Tinggi sangat penting dan merupakan bagian dari tuntutan formal lingkungan akademik. Karya tulis ilmiah menjadi pemerlain dari suasana ilmiah akademik yang wajib dikerjakan untuk menyelesaikan program studi.

Dilihat dari jenisnya, karya tulis ilmiah terdiri atas makalah, laporan bab atau laporan buku, skripsi, tesis, dan disertasi.
Dilihat dari tujuan penulisannya, karya tulis ilmiah dibedakan menjadi dua jenis, yaitu :
(1) Karya tulis ilmiah untuk memenuhi tugas-tugas perkuliahan, yaitu makalah dan laporan bab atau laporan buku.
(2) Karya tulis ilmiah yang merupakan syarat yang dituntut dari mahasiswa ketika akan menyelesaikan program studi, yaitu Skripsi (untuk S1), Tesis (untuk S2), Disertasi (S3).

Sebagai bagian dari tugas-tugas perkuliahan, karya tulis ilmiah dalam bentuk makalah dan laporan bab atau laporan buku (chapter) merupakan bagian dari sistem SKS (Sistem Kredit Semester), yaitu merupakan komponen tugas-tugas terstruktur yang harus dipenuhi oleh para mahasiswa di luar kegiatan perkuliahan dalam kelas. Jadi makalah dan laporan bab atau laporan buku merupakan konsekuensi logis dari sistem SKS dalam perkuliahan.

Skripsi dapat ditempuh oleh mahasiswa S1 yang memenuhi syarat IPK (Indeks Prestasi Kumulatif) sesuai dengan pedoman akademik yang berlaku dan sejauh yang bersangkutan berminat untuk menempuh jalur ini. Bagi mereka yang tidak memenuhi persyaratan jalur ini atau mereka yang tidak berminat, alternatif lain yaitu jalur SKS. Sementara itu, Tesis wajib disusun oleh mahasiswa pascasarjana/program magister (S2) dan Disertsi wajib disusun oleh mahasiswa program Doktor (S3) dalam rangka menyelesaikan studinya.

Melalui karya tulis ilmiah tersebut, mahasiswa mengungkapkan fikirannya secara sistematis, sesuai dengan kaidah-kaidah keilmuan. Dengan mengacu kepada kepustakaan dan dokumen yang relevan, mahasiswa melakukan pengamatan lapangan, melakukan penelitian historis atau kajian kepustakaan. Dalam kaitan ini, karya tulis ilmiah merupakan wahana komunikasi hasil-hasil penelitian ilmiah dengan masyarakat akademiknya untuk diuji secara terbuka dan objektif, serta mendapatkan koreksi yang berupa saran dan kritik.

Di samping itu, karya tulis ilmiah juga merupakan wahana untuk menyajikan nilai-nilai praktis maupun nilai-nilai teoritis dari hasil-hasil pengkajian dan penelitian ilmiah yang dilakukan oleh mahasiswa. Dengan sifat dan kedududukan ini, maka karya tulis ilmiah dalam lingkungan masyarakat akademik bisa ikut memperkaya khasanah keilmuan dan memperkokoh paradigma keilmuan pada bidang keilmuan atau disiplin yang relevan. Proses akumulasi, validasi, dan bahkan falsifikasi dalam kegiatan ilmiah melalui penelitian dan pengkajian ilmiah ini merupakan prasyarat untuk perkembangan disiplin keilmuan, termasuk ilmu pendidikan dan keguruan.

Jadi, karya tulis ilmiah dalam lingkungan Perguruan Tinggi mengemban dua misi, yaitu :
(1) Wahana untuk melatih para mahasiswa mengungkapkan fikiran-fikirannya secara sistematis, tertib, dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Hal ini merujuk pada sasaran yang mengacu pada segi prosesnya.
(2) Memberikan sumbangan pada perkembangan bidang ilmu pengetahuan. Hal ini merujuk pada sasaran yang mengacu pada segi produknya.